Apa itu Green Tourism?

DSCF2173

Satu hal yang pastinya kita suka adalah jalan -jalan. Tapi apakah pernah berpikir apakah jalan-jalan yang penuh sukaria itu sebenarnya berkonsep ramah lingkungan atau tidak?

Dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Internasional 2014, sebagai pejalan apa yang dapat kita lakukan sebagai pejalan yang bertanggungjawab secara lingkungan? Ulasan mengenai Green Tourism ini sebenarnya telah saya berikan sekitar 3 tahun lalu. Namun tentunya masih relevan dengan situasi masa kini.

Melongok air terjun, berendam di sumber air panas pegunungan, piknik di kebun teh, wisata petualangan (outbond), atau apapun bentuk kegiatan berlibur outdoor sepertinya sama saja tetapi apakah ini yang dinamakan Green Tourism (Wisata Hijau atau Wisata Ramah Lingkungan)?

Green Tourism sebagai salah satu bentuk ekoturisme atau wisata berbasis ekosistem masih terdengar tidak lazim di Indonesia. Namun sebenarnya apa sih yang disebut dengan Green TourismGreen Tourism dapat berarti (1). Wisata yang menitikberatkan pada kunjungan ke lokasi satwaliar berada (misal taman nasional dan cagar alam). Jadi Green Tourism ini bisa jadi diantaranya adalah kegiatan hiking (gerak jalan dan mendaki), trekking, birding atau birdwatching(pengamatan burung),snorkeling, dan diving; (2). Wisata yang berkelanjutan atau artinya tidak mengakibatkan kerusakan di lokasi wisata dan cagar budaya yang sedang dikunjungi (ramah lingkungan).

Green Tourism yang mengusung idealisme ekoturisme berbasis konservasi sebenarnya bukan merupakan barang baru di dunia serta telah diimplementasikan di Indonesia. Walaupun demikian mungkin masih jarang terdengar rimbanya dan hanya orang – orang tertentu sajalah yang tahu dan bergelut dengan dunia pariwisata. Namun jangan kuatir, teman – teman dapat langsung mempraktekkan langsung Green Tourism dimana saja ketika berkelana. Green Tourism sebagai bagian green life stylepun perlu dipupuk sedari dini sebagai green mind.

#1 Lingkungan

Praktek Green Tourism dapat dimulai dengan cara menghormati alam lingkungan termasuk diantaranya menjaga jarak, tidak menyentuh apalagi menganiaya satwaliar,  juga selalu mengikuti jalur trek yang telah disediakan. Teman juga telah mendukung usaha konservasi dengan cara membayar tiket masuk taman nasional atau kawasan yang dilindungi. Mungkin merupakan salah satu praktek termudah adalah budaya membuang sampah pada tempatnya. Percaya atau tidak wisatawan Indonesia mungkin yang paling susah untuk tertib membuang sampah di manapun mereka berada.

#2 Produk Hewani & Daur Ulang

Tidak membeli kerajinan tangan dan produk yang berasal dari satwaliar yang dilindungi dan terancam punah. Pakailah juga pakaian yang ramah lingkungan(second hand field clothing, daypack, carrier, boots). Pola makan pun bila perlu kita ubah agar lebih ramah lingkungan seperti menjadi vegetarian, ovo – lacto vegetarian atau yang paling keras vegan.

#3 Produk & Budaya Lokal

Pilihlah hotel/hostel lokal dan ramah lingkungan, makanlah di restoran lokal, serta berbelanja di pasar tradisional. Selain lebih murah dengan membeli produk lokal, teman – teman juga mendukung pertumbuhan ekonomi daerah dan menghormati budaya setempat. Yang terpenting mungkin adalah untuk selalu memperhatikan tingkah laku dan perkataan dimanapun teman berada.

#4 Pemandu lokal

Perkaya pengalaman dan dukunglah ekonomi lokal dengan menyewa pemandu lokal. Bila perlu mintalah pemandu berlisensi yang telah direkomendasikan operator tur wisata.

#5 Transportasi

Usaha untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dapat dilakukan dengan mengurangi frekuensi penerbangan lokal. Ubahlah pola transportasi teman menjadi sepeda, kereta api, bis atau kapal feri. Tinggallah di lokasi wisata untuk jangka waktu yang lama dibanding berpergian jangka pendek.

#6 Aksi Konservasi

Berkontribusi dan ikut berpartisipasi dalam  suatu proyek konservasi dapat berdampak positif pada kehidupan masyarakat lokal. Jadilah turis sekaligus volunteer dari suatu kegiatan ilmiah berbasis konservasi atau perlindungan alam. Selain teman dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman hidup juga dapat meningkatkan taraf hidup komunitas lokal.

Enam poin Green Tourism yang tercantum sebelumnya merupakan hasil adaptasi prinsip – prinsip ekoturisme The International Ecotourism Society (TIES). Green Tourism seperti halnya Ecotravel, Ecovacation, Eco – (ad)venture, Eco – cruise, Eco – safari, Nature tourism (wisata alam), Low impact tourism, Bio – tourism, Ecologically responsible tourism memang biasa digunakan dalam istilah marketing bisnis pariwisata berbasis ekosistem. Ekoturisme, apresiasi terhadap alam berbentuk produk pariwisata, janganlah hanya mengandalkan alasan ekonomi semata tapi tidak berkelanjutan secara ekologis. Apalagi saat ini ekoturisme hanyalah dipandang sebagai suatu bentuk oportunistik atas ekosistem.

Green Tourism dapat lebih bermakna dibanding hanya taking only pictures and leaving only footprints. Model wisata ini dapat membuat perbedaan yang lebih berarti bagi kita pribadi dan dampak berkelanjutan bagi komunitas lokal yang terlibat langsung di dalamnya. Selain itu pula meminimalisir perusakan terhadap alam, mendukung perlindungan suatu kawasan, mengedepankan pemberdayaan komunitas lokal, mengapresiasi lebih kebudayaan dan nilai lokal, serta berfungsi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konservasi alam dan lingkungan sekitarnya (Special Report, The U.S. Ecotourism Market, WTO, 2002). Dengan kata lain praktek Green Tourism berarti keberlanjutan akan lingkungan, kebudayaan, dan juga komunitas pada lokasi wisata yang kita kunjungi :)

Mirror page:

http://flasmana.tumblr.com/post/3359986462/green-tourism-beatblog-writing-contest

http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/02/18/apa-itu-green-tourism-341801.html

Catatan Pinggir NO.1 (05/06/2014) 

Berdasarkan pengalaman pribadi, jujur saja saya ingin menambahkan satu poin lagi yaitu :

#7 Tidak menggunakan satwa liar sebagai properti foto

Sebenarnya saya terinsipirasi dengan tulisan ini dan beragam pengalaman terkait berfoto di alam bebas. Tanpa kita sadari kita mengeksploitasi alam untuk turut bagian dalam kebahagiaan ‘sesaat’ kita. Yang jelas satwa liar seringkali terjebak dengan kita untuk difoto dan menjadi resah (tanpa kita sadari). Belum lagi ancaman untuk kita karena satwa tersebut yang tentunya liar ternyata dapat menularkan penyakit.

Catatan Pinggir NO.2 (05/06/2014) 

Sepertinya postingan ini paling banyak memiliki catatan pinggir. Mohon maaf apabila membingungkan yaaa :) Adapun sebagai catatan pinggir kedua, tulisan ini dibuat bersama-sama dengan Travel Bloggers Indonesia (TBI) untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2014 #WED2014. 

Cek juga tulisan teman-teman TBI lainnya OK! Terima kasih :)

Foto: Air terjun Madakaripura yang terletak di Probolinggo, Jawa Timur. Saran terbaik saya apabila mengunjungi tempat ini adalah pergi dengan baju basahan/baju renang serta membawa kamera tahan air. Karena ketika sampai di tempat ini Anda akan mengalami hujan terus menerus :D

16 Comments

  1. indrijuwono says:

    iyoi, Fel. sejujurmya kalau berfoto dengan bintang laut biru itu rasanya gimanaaa gitu loh. merasa etiknya kurang..

    Like

    1. Felly says:

      Baguslah kalau sudah merasa demikian
      Terima kasih :)

      Like

  2. Fahmi Anhar says:

    semoga semakin banyak yg baca makin banyak yang sadar & menerapkannya :)

    Like

    1. Felly says:

      amiiieeeen :)

      Like

  3. kadang masyarakat masih banyak yang jual sovenir dari hewan yang dilindungi seperti gelang dari kulit penyu…perlu sosialisasi lebih banyak juga kepada pelaku wisata lokal.

    Like

    1. Felly says:

      sosialisasi tidak hanya sekedar sosialisasi bisa juga memberikan solusi mata pencaharian alternatif … kalaupun masih ingin jualan souvenir jangan sampai kembali menjual souvenir dari hewan-hewan yang dilindungi.

      Like

      1. Firsta says:

        Betul. Penting banget untuk memberikan solusi mata pencaharian alternatif..
        Berbicara soal pemandu lokal, aku kadang sebel juga.. Ada beberapa lokasi wisata yang mempunyai semacam komunitas pemandu berlisensi menetapkan harga yang menurutku tidak masuk akal. Kadang terpikir, ah mungkin pendapatan mereka memang cuma dari sini, tapi nyatanya tidak juga.
        Thanks Fel, tulisannya bermanfaat sekali untuk tau lebih mengenai green tourism.

        Like

      2. Felly says:

        Wah tentang pemandu lokal betul juga. G juga agak bete kadang apalagi kalau ada perbedaan sikap klo bawa turis asing dan lokal :| Padahal sama-sama orang Indonesia hiks … Sebaliknya yg turis asing merasa dieksploitasi sama pemandu lokal O_o

        Terima kasih juga atas tulisan Diet Kantong Plastiknya :)

        Like

  4. Efenerr says:

    Kak Fel, uraian yang tajam..selama ini saya hanya belajar langsung aplikatif. Tapi uraian ini mencerahkan. Terima kasih.

    Like

    1. Felly says:

      Terima kasih juga, Kak Ef.
      Lumayanlah hasil catatan kuliah kemaren dulu :p
      Daku juga senang liat tulisanmu hehe

      Like

  5. Rata – rata pasti senang – senang dulu, baru pikirin yang lain ketika jalan – jalan. Karena itu, perlu ada yang mengedukasi tentang green tourism juga kak felly :)

    Like

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.