Bisa dibilang ini adalah terjemahan tidak resmi atau malah diskusi lanjut dari INDONESIAN SCIENTISTS ON SOCIAL MEDIA – #WOMENTWEETSCIENCETOO. Ide awal tulisan ini dan sebelumnya sebenarnya timbul sesudah pembicaraan bersama dengan Susan Tsang, seorang teman di US, mengenai peran perempuan sebagai komunikator sains dan sebagai bentuk respon artikel Science Magazine tentang K-Index, yang mana menyatakan saat ini hanya ada 4 saintis wanita yang aktif sebagai komunikator sains di dunia Twitter.
Kemudian saya tergelitik untuk menelusuri lebih lanjut tentang Saintis Indonesia di dunia media sosial karena hanya mengetahui sedikit dari mereka (apalagi cuma dari kalangan wanita coba?!). Itu pun masih di kalangan blogger dan pemakai facebook/twitter. Pencarian acak pun saya lakukan tetapi hasil kebanyakan malah artikel bernuansa gaya hidup hijau, dari kalangan jurnalis dan berupa ekstraksi buku teks. Sebagai contoh Kompasiana, sebagai wadah menulis online/jurnalisme warga terbesar di Indonesia, yang sebenarnya telah memiliki seksi khusus lingkungan walaupun masih terbatas pada topik iklim, polusi dan penghijauan.
Jadi ternyata berdasarkan hasil penelusuran singkat benar saja, belum terlalu banyak blog, twitter dan postingan facebook yang bernada sains. Lebih lanjut saya mencari blog ber-Bahasa Indonesia atau Inggris, postingan yang aktif setidaknya di satu media sosial selama tahun 2014 dan tidak hanya berupa retweeting artikel berita semata (fotoblog pun saya masukkan sebagai bentuk bagian sains blog disini)
Beberapa hari sesudah saya meluncurkan postingan saya itu, Mbak Nurul Winarni, seorang saintis biologi ketika saya dulu bekerja di Sulawesi, meluncurkan sebuah pemikiran menarik lainnya terkait hal yang sama yang perlu kita renungkan bersama.
“People turn to more instantly social media like twitter and facebook. But I still think that there are still not many conservation biologists share their thoughts in social media.”
Saya cukup tahu sebenarnya mungkin banyak teman-teman yang bergelut di bidang sains menggunakan media sosial termasuk blog, twitter, facebook, instagram, dll untuk keperluan pribadi (uhuukk … curhat!!). Tapi apakah akan lebih keren lagi apabila berbagi pengalaman atau pemikiran keilmuan kita lewat media sosial? Apalagi jikalau hobi kita berpadu dengan bidang keilmuan tanpa menghilangkan karakter diri kita yang sebenarnya? :)
Sebagai respon awal tulisan saya yang pertama kemarin kebanyakan dari teman menyatakan bahwa mereka tidak cukup menulis sains dalam blog mereka atau sudah lama vakum dalam dunia tulis menulis sains di sosial media. Ada pula komentar yang mengatakan walaupun mereka bukan saintis tapi ternyata menulis sains karena berprofesi sebagai jurnalis sains. Jadi saya rasa masih banyak sekali kemungkinan di luar sana dan kita perlu sekali sebuah daftar umum untuk seluruh komunikator sains Indonesia terlepas masuk kalangan jurnalis atau teks book. Yah setidaknya sekedar tahu saja dulu karena dunia sains yang sangat luas tidak hanya dunia konservasi, matematika atau kimia semata.
Mungkin ada yang masih ingin menambahkan kembali?
Ismail Agung | Jurnal Pengejar Primata.
|
Nurul Winarni | Seorang PhD, Ibu dan Peneliti di RCCI
|
“Project Biodiversity Ecosystem Services” | Proyek Layanan Ekosistem dari Research Center for Climate Change (RCCI) – Universitas Indonesia, yang dipimpin oleh Mbak Nurul Winarni
|
Andina Septiarani | Chemistry of a mother to the environment. Ibu satu anak yang punya gelar Kimia dan Ilmu Lingkungan |
Arifin Surya Dwipa Irsyam | Seorang botanis, mahasiswa S2 yang menyukai Sejarah dan budaya, tak lupa pula flora dan fauna Indonesia
|
T Geo Bachtiar | Seorang Dosen Ilmu Geografi dan Penulis Buku laris
|
Ady Kristanto | Pengamat Burung, Wildlife Photographer, dan Penulis Buku
|
Asman Adi Purwanto | Photoblogger, Pengamat Burung and Raptor Enthusiast
|
Sheherazade | S.Si di Ilmu Biologi yang sekarang bekerja sebagai peneliti kelelawar buah di Sulawesi
|
Marsya Christyanti | Seorang ekologiawan hidupanliar masa depan. Marsya sekarang bekerja sebagai Sumatra Program Support di Wildlife Conservation Society
|
Dyna Rochmyaningsih | Ibu Rumah Tangga and Freelance Science Journalist/Writer serta kurator di @realscientists
|
Alam Endah | Sebuah halaman untuk menambah khazanah flora, fauna, dan alam Indonesia. Situs ini cukup terkenal sejak saya kuliah S1 dahulu untuk bahan materi kuliah :) |
Agus Sari | Aktivis lingkungan. Saat ini bertugas sebagai Ketua Kelompok Kerja Instrumen Pendanaan, di Satuan Tugas (Satgas) Kepresidenan untuk Pembentukan Kelembagaan REDD+
|
Revisi 9/24/2014 : Mas Agus Sari, tambahan dari Devi :)
Foto di atas adalah ketika saya melakukan wawancara keanekaragaman hayati dalam rangka evaluasi Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di Kalimantan Tengah (2012).
This post RE: Indonesian Scientist in Social Media [In Bahasa Indonesia] appeared first on www.felicialasmana.com
Hoho….Thanks Fel. Tapi emang writing is time consuming. Sudah bagi waktunya, tapi harus tetap diusahakan… :D
LikeLike
Haha tapi kadang nyandu juga sih, Mbak. Apalagi kalo topiknya menarik. Saya terkadang nulis ampe 2-3hari untuk satu postingan panjang. Kalo ga dipecah-pecah idenya dalam beberapa postingan supaya orang ga lieur juga sih :p
LikeLike
Nulis di evernote pas lagi jalan juga kalo kesambet ide ato ga nulis dalam (real) notes dulu buat kerangka idenya juga :D Jadi nanti dikembangin sambil jalan hehe
LikeLike
Yup, emang begitu ide datang harus segera ditulis…
LikeLike
Kok kagak bisa ane reblog sih?
LikeLike
Eh keknya notif reblog-nya gue matiin :D
LikeLike
Heuuuu.. Ya Sudahlah
LikeLike
Besok aku setel ulang deh bisi aya nu kuciwa wkwk
LikeLike
Udah diidupin reblogna nyak! nuhun
LikeLike
Ah keburu males fel :p
LikeLike
akh ya dah deh gapapa haha
LikeLike
Pundung
LikeLike
ngga kok … ngapain pundung sama ente :D
LikeLike
Klo ga pundung berarti pindang atuh :)
LikeLike
aku suka makan pindang sesekali kok HAHAHA
LikeLike
Klo aku suka curi curi pindang sama si pujaan hati.. *ngacapruk
LikeLiked by 1 person
Saya juga jarang melihat ilmuwan yang punya blog khusus sains. Padahal kepingin juga sih baca-baca blog sains.
Btw, saya setuju ilmuwan perlu menulis blog. Karena lewat blog ilmunya bisa semakin menyebar luas. Apalagi jika ditulis dengan gaya bahasa yang tidak terlalu saintifik (karena pasti tujuannya untuk dibaca orang awam kan?), pasti ilmunya bisa lebih nyebar lagi kemana-mana. Menulis blog juga bisa lebih komprehensif ketimbang ngetweet yang cuma 140 karakter itu. Jadi, kesalahpahaman bisa diminimalisir. :D
LikeLike
Reblogged this on A p e o l u t i o n ! and commented:
Postingan dari kawan sebelah.
Jarang jarang blog saya mendapat kehormatan untuk dicantumkan sebagai salah satu Blog yang isinya saentis. Sepertinya ada kesalahpahaman, tapi mari kita anggap saja pujian tersebut sebagai pemacu semangat untuk berbagi cerita yang lebih baik dan menumbuhkan kepedulian yang lebih bijak terhadap dunia primata.
Toss
LikeLike
Wah, aku mau berkunjung2 ke blognya mbak Nurul! Asyikk..
LikeLike
Nih kalau mau jadi dains comunicator ada syarat2 gk sih?
Aku masih kuliah, tpi ada keinginan buat nulis di blog berdasarkan penelitian gtu
LikeLike
Ga ada syarat2nya. Sama aja kek nulis blog biasa cuman fokus ke dunia sains. Mungkin harus banyak baca2 aja apa yg update di dunia sains saat ini.
LikeLike