
Blogger konservasionis berperan sangat penting dalam mengutarakan fakta berbasis sains dan menginterpretasikan riset yang telah ada sebelumnya. Saat ini menulis di lini sosial media bertema sains seperti facebook atau twitter pun dianggap cukup populer. Ada begitu banyak alasan mengapa mengutarakan pemikiran dalam blog atau media sosial itu penting untuk mengasah kemampuan menulis terutama bagi para peneliti muda.
Dari beragam alasan mengapa para peneliti mempublikasikan hasil atau proses penelitiannya dalam blog dan media sosial yang terpenting adalah mempublikasikan hasil kerja kerasnya tak hanya di kalangan akademisi tapi juga khalayak umum terutama para pembuat putusan (decision makers) sehingga hasil penelitiannya dapat diimplementasikan dan berguna terutama bagi penelitian terkait kebijakan publik.
Walaupun demikian penyampaian hasil penelitian ini tidak dapat serta merta begitu saja. Untuk memperjelas penyampaian komunikasi sains, para peneliti perlu untuk mengembangkan strategi luring (online) untuk menghindari kesalahan informasi (misinformation) dan melawan informasi yang bertentangan dengan hasil penelitiannya (disinformation) (Iyengar & Massey, 2018). Selain itu penyampaian hasil penelitian pun harus memikirkan siapa saja target yang akan dituju melalui penyampaian bahasa dan gaya komunikasi yang tepat bagi masing-masing penerima (Dean et al., 2019).

Walaupun demikian media sosial dapat pula menjadi pedang bermata dua apabila disalahgunakan dan ditunggangi untuk kepentingan tertentu. Sosial media juga dapat digunakan untuk memutarbalikkan dan memelintir fakta ketika mengomunikasikan sains dengan isu yang kompleks (Groshek dan Bronda, 2016).
Di satu sisi media sosial memerdekakan komunikasi dan penyampaian hasil penelitian para peneliti yang selama ini hanya sebatas ruang seminar atau laboratorium. Blog dan media sosial juga memberikan wadah dan jalan untuk meraih banyak audiens yang mungkin tidak akan pernah didapatkan sepanjang karir para peneliti.
Terlepas dari jam terbang tinggi penelitian dan keahlian yang telah didapatkan dari beragam training kelimuan, para saintis juga perlu menyadari bahwa ada beragam jalan yang tersedia untuk membantu penyebaran hasil penelitian mereka kepada khalayak umum seperti blog dan sosial media namun harus didukung oleh strategi komunikasi yang tepat .
Nothing in science has any value to society if it is not communicated
Anne Roe, 1904, American Psychologist and Writer
Referensi:
- Dean, A. J., Fielding, K. S., & Wilson, K. A. (2019). Building community support for coastal management ā What types of messages are most effective? Environmental Science & Policy, 92, 161ā169. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.envsci.2018.11.026
- Groshek, J. dan Bronda, S. 2016. How social media can distort and misinform when communicating science. [Online] https://theconversation.com/how-social-media-can-distort-and-misinform-when-communicating-science-59044 <Retrieved 26 August 2018>
- Iyengar, S. & D.S. Massey . 2018. Scientific communication in a post-truth society. Proceedings of the National Academy of Science.s Nov 2018, 201805868; DOI: 10.1073/pnas.1805868115 <Retrieved 09 December 2018>
Foto diambil pada saat saya melakukan kegiatan evaluasi lapangan di Danau Biru, Desa Siayuh, Kalimantan Selatan. Keberadaaan danau alam dengan sumber air dari perbukitan kapur ini sangat memikat mata walaupun sudah dikellilingi oleh kebun sawit milik masyarakat setempat.
Tulisan ini Peran Peneliti dan Sains Komunikasi pertama kali muncul di www.felicialasmana.com