Beberapa waktu lalu telah terbit artikel ilmiah yang berjudul
“Targeted Conservation to Safeguard a Biodiversity Hotspot from Climate and Land-Cover Change” yang dipublikasikan dalam Current Biology, Volume 25, Issue 3, p372–378, 2 February 2015 (http://www.cell.com/current-biology/abstract/S0960-9822%2814%2901565-6).
Secara Singkat
Struebig et al. menunjukkan dampak yang disebabkan perubahan tutupan lahan dan iklim di masa mendatang bisa saja terjadi pada mamalia Borneo, dimana hampir dua kali lipat spesies akan terkena dampak bila dibandingkan di masa kini. Mitigasi diperlukan dalam usaha peningkatan konservasi di non-kawasan lindung. Analisis spasial dapat mengidentifikasi kawasan dataran tinggi dimana kemitraan konservasi kehutanan kemungkinan paling efektif.
Abstrak
Respon keanekaragaman hayati terhadap perubahan tutupan lahan dan iklim telah dikenali namun masih kurang dapat dimengerti. Hal ini mengacu kepada tantangan signifikan dalam perencanaan tata ruang karena kawanan spesies yang dapat bergeser, mengecil, meluas, atau bertahan di dalam atau di luar kawasan lindung. Kami mengkaji permasalahan ini untuk Borneo, sebuah hotspot keanekaragaman hayati global, dengan menggunakan analisis prioritasi spasial (tata ruang) yang memaksimalkan konservasi spesies dalam beragam prakiraan perubahan lingkungan. Proyeksi iklim mengindikasikan bahwa 11%-16% jenis mamalia Borneo akan kehilangan > 30% habitatnya di tahun 2080, dan kondisi kesesuaian ekologi akan menggeser dataran tinggi sebesar 23% -46%. Deforestasi kemudian memperburuk proses ini dengan meningkatkan proporsi spesies apabila dibandingkan hilangnya habitat sebesar 30%-49%, yang mana terjadi peningkatan tren historis sebanyak 2 kali lipat. Untuk mengakomodir perubahan distribusi ini akan membutuhkan usaha konservasi lahan di luar kawasan lindung yang tersedia. Kemungkinan hal ini akan terbatas daripada yang dapat diantisipasi dari model gabungan deforestasi tersendiri karena beberapa spesies akan menempati kawasan berelevasi tinggi. Hasil penelitian kami menunjukkan semakin pentingnya kawasan dataran tinggi serta perluasan yang relatif kecil (16.000 – 28.000 km2) di kawasan konservasi terkini dapat bermanfaat besar bagi keanekaragaman hayati dalam menghadapi perubahan tutupan lahan dan iklim. Di Borneo, kebanyakan lahan ini berada di bawah kuasa yurisdiksi kehutanan, yang menjamin penargetan kemitraan konservasi untuk menjaga keanekaragaman hayati di era perubahan global.
Felicia Lasmana yang terafiliasi dengan Daemeter Consulting berkontribusi dalam data yang membantu penulisan artikel studi dan tergabung dalam The Borneo Mammal Distribution Consortium. Terjemahan yang tercantum di atas merupakan hasil pandangan dan pemikiran saya pribadi, bukan dari orang lain dan organisasi tempat saya bekerja. Terima kasih telah membaca dan silahkan membagikan tulisan ini kepada teman lain yang membutuhkan :)
Referensi lainnya:
- http://daemeter.org/en/news/detail/47/As-trees-are-cut-and-climates-shift-can-the-animals-of-Borneo-be-saved#.VNGHJJ2Ud_c
- http://www.tempo.co/read/news/2015/01/26/061637776/Ini-Cara-Selamatkan-Hutan-Kalimantan-Versi-Ilmuwan
- http://news.mongabay.com/2015/0122-gfrn-cannon-borneo-wildlife-habitat-threatened-by-climate-change.html
- http://www.smithsonianmag.com/science-nature/borneos-mammals-face-deadly-mix-logging-and-climate-change-180953998/
- http://www.bbc.co.uk/news/science-environment-30924523
- http://www.kent.ac.uk/news/environment/3794/can-the-animals-of-borneo-be-saved-despite-land-cover-and-climate-threats
- http://www.sciencedaily.com/releases/2015/01/150122133115.htm
Bahasan yang menarik kakkkk
LikeLike
Thanks Mas Bolang :)
LikeLike