Menilik polemik proyek “Jurassic Park” di TN Komodo

Berdasarkan data terbaru dari Organisasi Pariwisata Dunia (World Tourism Organization – UNWTO), pada periode Januari hingga Agustus 2020 tercatat kedatangan wisatawan internasional di Asia Pasifik menunjukkan penurunan hampir 80% karena pembatasan perjalanan di seluruh dunia. Pandemi yang diikuti oleh krisis pariwisata global tentunya berdampak sangat besar pada Indonesia seperti di Taman Nasional Komodo (TNK). Di waktu bersamaan pemerintah memutuskan untuk menutup kawasan TNK sejak 26 Oktober hingga 30 Juni 2021.

Dengan adanya penurunan kegiatan pariwisata tentu masyarakat lokal yang paling terpukul hebat karena selama ini sudah ada ketergantungan masyarakat lokal dengan industri pariwisata di TN Komodo untuk memenuhi mata pencaharian mereka (Lasso dan Dahles 2018).

Polemik TN Komodo yang bakal menjadi “Jurassic Park” ini tentunya menyoroti pentingnya ilmu pengetahuan untuk menginformasikan kebijakan dan perencanaan pembangunan. Terlepas kritik hebat dari publik belakangan ini, prinsip kehati-hatian dan kebijakan berbasis Ilmu pengetahuan wajib diikutsertakan dalam kegiatan penataan sarana wisata TN dan pelestarian komodo. Tak lupa pula partisipasi dan suara masyarakat setempat wajib diperhatikan dalam seluruh rangkaian proses pembangunan.

Perlu diketahui bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu sektor selain pangan, kehutanan, pertambangan, bahan bakar fosil, infrastruktur, pariwisata dan transportasi dan logistik yang telah teridentifikasi sebagai pendorong hilangnya keanekaragaman hayati oleh IPBES (Diaz et al. 2020).

Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) merupakan platform kebijakan sains antarpemerintah untuk menjembatani komunikasi kebijakan sains tentang keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem

Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir wisata alam merupakan salah satu sektor industri yang paling maju pesat dan malah jauh dari penurunan di seluruh dunia (Balmford et al. 2009). Maka tidak heran ide komersialisasi komodo sebagai objek wisata internasional seperti safari di Afrika sudah muncul jauh sebelum ide Jurassic Park.

Di satu sisi pelibatan masyarakat yang tepat serta pengelolaan TNK yang mumpuni sangat berpotensi memakmurkan masyarakat lokal. Saat ini walaupun dengan adanya pandemi, pariwisata alam tak hanya di TNK masih berpotensi untuk menghasilkan dana baik untuk konservasi maupun pemasukan masyarakat lokal.

Di sisi lain satwa komodo beserta habitatnya makin “terbiasa” oleh kegiatan manusia di TNK dan sekitarnya. Salah satu contoh, komodo di daerah wisata sekarang ini sudah sangat nyaman dengan kehadiran manusia, berbeda dengan komodo liar di kawasan non wisata (resor dan zona inti TNK). Beberapa rekomendasi pun telah diberikan untuk melestarikan keberadaan komodo dan habitatnya oleh para peneliti, seperti penghentian subsidi makan, pengadaan wisata alternatif selain komodo yang saat ini menjadi fokus utama, serta penataan zona wisata (Ardiantiono et al. 2018).

Photo by Irina Babina Nature and Wildlife on Pexels.com

Belum lagi ada penelitian terbaru komodo yang diprediksi terancam punah pada tahun 2050 akibat pemanasan global (Jones et al. 2020). Tanpa tindakan mitigasi perubahan iklim secepatnya dan dukungan pelestarian komodo dari beragam pihak (lembaga konservasi nasional, provinsi, organisasi masyarakat sipil dan sektor swasta) tentunya bukan tidak mungkin binatang purba ini akan punah jauh sebelum tahun 2050.

Hingga kini pun sektor pariwisata di kepulauan kecil seperti TNK dan sekitarnya masih jarang disinggung dari segi studi keberlanjutan (sustainability studies). Studi keberlanjutan di sektor pariwisata memang masih anyar dibandingkan sektor kehutanan dan pertanian, walaupun sedari dulu kita telah mengenal beragam konsep wisata berbasis alam seperti wisata alam, ekoturisme, green tourism dsb.

Dengan demikian kebutuhan khusus untuk mengartikulasikan indikator pembangunan pariwisata berkelanjutan di kepulauan kecil sangatlah penting karena kecenderungan intensifikasi kegiatan wisata saat ini (Cheer 2020). Apalagi nampaknya hanya ada sedikit bukti yang dapat ditemukan untuk memastikan sejauh mana manfaat yang telah diperoleh oleh penduduk Pulau Komodo dan sekitarnya. Tanpa analisis kebijakan berbasis ilmu pengetahuan kemungkinan besar inisiatif ekspansi kegiatan wisata di TNK ke depannya akan selalu kontraproduktif bagi pembangunan berkelanjutan dan ketahanan masyarakat lokal.


Disclaimer: tulisan ini lebih merupakan hasil bacaan saya terkait dengan Pulau Rinca (baca: bukan Pulau Komodo!) Nusa Tenggara Timur (NTT) yang marak diberitakan jadi Proyek Jurassic Park. Saya belum pernah berkunjung ke Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar dan beberapa pulau kecil lainnya yang menjadi bagian dari Taman Nasional Komodo.

Foto paling atas adalah lanskap Danau Sentani di Papua sekitar tahun 2014 karena saya belum punya foto di sekitar TN Komodo :)

Tulisan Menilik polemik proyek “Jurassic Park” di TN Komodo pertama kali muncul di www.felicialasmana.com

Advertisement

Leave a Comment

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.