India : Naik Kereta Api di india

20131010_045530

Berdasarkan pengalaman pribadi, pastikan juga kalian memiliki waktu yg cukup dari misal airport ke stasiun kereta. Minimal 3 jam tergantung macet atau antrian prepaid taxi (antriannya lama tapi kita terjamin dari ancaman penipuan karena  urusan pemesanan taksi dan autoricksaw/tuk-tuk diurus langsung departemen kepolisian setempat).

Stasiun India mungkin hampir sama atau 4 kali lebih besar dr Indonesia. Yang membedakan adalah panjangnya peron. Karena rata-rata memang panjang sekali kereta di India. 3 hingga 4 kali lebih panjang dr kereta di Indonesia. Ini sudah termasuk gerbong 1 Class AC, 2 Class (Non-/AC), 3 Class (Non-/AC), Chair Class, General Class, Ladies Coach, serta Disabled Coach khusus untuk orang cacat.

Untuk yang baru pertama kali ke India mencoba kereta dengan General Class tentunya membutuhkan nyali super besar. Saya pribadi sebenarnya lebih suka karena suasananya lebih cair. Mana mungkin kalian bisa lihat orang masak air didalam kereta yang sedang berjalan? Atau mengeringkan celana (dalam) dengan kipas angin yang ada pada masing-masing gerbong atau malah bermain dengan anak-anak India yang super jahil tapi sekaligus lucu-lucu.

Untuk tiket jangan harap untuk mendapatkan informasi yang jelas pada tiket yg kalian dapat. Perhatikan saja pengumuman di stasiun karena pasti banyak perubahan dari waktu ke waktu entah itu jadwal waktu atau perpindahan jalur peron secara mendadak. Lalu yang terpenting jangan hanya mengandalkan informasi dari satu atau dua orang.

Pada saat naik kereta, alangkah baiknya apabila memilih upper berth* klo mau aman. Klo mau duduk di lower berth pastikan barang aman dari jangkauan tangan usil. Membawa rantai dan gembok bisa dibilang normal apabila naik kereta apalagi untuk rute yang terkenal ramai seperti New Delhi dan Agra.

Bagi yang bermasalah dengan kandung kemih, jam paling banyak orang ke WC adalah sebelum stasiun terakhir atau jam 8 dan 9 pagi. Pastikan untuk membawa tissue basah atau sabun sendiri. Toilet di India mempunyai sistem basah yang sama seperti di Indonesia dengan tingkat kebersihan hampir sama seperti di Indonesia dan meningkat mengikuti kelas.

Jadi apakah kalian siap untuk naik kereta di India?

*kalau yang suka tidur di loteng pasti suka. Tidak disarankan bagi yang punya fobia ketinggian :D

Advertisement

India: 3 Alasan Traveling ke India

DSCF8652

Banyak teman yang bilang saya aneh atau malahan gila ketika memutuskan untuk traveling ke India bersama seorang teman yang juga perempuan. Ketika sampai pun rata – rata orang India menyangka kita adalah orang Malaysia (Do-uh sensitif nehh :D).

Apakah memang betul hampir tidak ada orang Indonesia yang ke India? Kenyataan memang demikian adanya. Dari kota ke kota, saya dan teman menyadari betul hal ini. Mulai dari kita adalah orang Indonesia pertama di hostel A, kemudian kita adalah couchsurfer Indonesia pertama pada hampir seluruh host yang kita kunjungi, lalu di kereta pun orang India yang rata-rata kepo pun terheran-heran dengan nama Indonesia yang nyatanya tidak ada dalam peta dunia pikiran mereka.

Adapun terdapat beberapa alasan mengapa saya akhirnya pergi ke India awal bulan Oktober 2013 ini.

1. Mimpi yang jadi kenyataan: sedari dahulu India merupakan negara yang eksotis dan kaya akan budaya. Tentunya dengan segala kekayaannya perjalanan ke India akan menjadi sangat menarik walaupun keindahan Indonesia tentunya tidak kalah. Intinya saya ingin memuaskan rasa ingin tahu terhadap India.

2. Liburan spontan: mulai persiapan jadwal, ticketing kereta, pesawat, pengambilan cuti kerja, pembuatan visa semuanya dilakukan secara spontan 4 minggu sebelum perjalanan. Saya dan teman memutuskan pergi ke India setelah mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Singapura secara gratis berkat hadiah dari salah satu perusahaan kosmetik ternama di Indonesia.

3. India adalah negeri yang keren : ini tidak dapat dipungkiri bagi para backpackers, India adalah medan tempur dan salut bagi yang pernah kesana (katanya hehe). Walaupun dengan ancaman kriminalitas yang cukup tinggi seperti pencurian, penipuan, pembunuhan, dan yang paling terkenal kemarin adalah pemerkosaan. Kok jadi serem yaa? Tapi bukankah ini juga dapat terjadi dimana-mana termasuk di Indonesia?

Secara umum, India dalam gambaran film India tidaklah sama dengan yang kami kunjungi. India dengan segala kesempurnaan dan ketidaksempurnaannya. India dengan jutaan wajah berbagai etnis, aneka ragam budaya, masakan yang terlalu berbumbu dan sering membuat perut kami mulas dibuatnya, serta modernitasnya pada sektor alat transportasi yang malah sudah melebihi Jakarta telah memikat kami berdua walau dalam kunjungan singkat. Sayang kami hanya dapat berkunjung ke 6 kota dalam waktu seminggu (Kolkata-Varanasi-Agra-Delhi-Dharamsala-Chennai). Mungkin lain kali dan saya sangat optimis akan hal ini :)

Tentang Oleh-oleh

DSCF8337

Oleh – oleh terbaik yang pernah saya berikan pada orang lain kemungkinan besar adalah foto dan cerita ketika berkelana. Saya sangat sering merasa sebal kalau ada orang yang dengan serta merta meminta dengan sangat oleh-oleh setelah berpergian baik untuk wisata maupun bekerja (maaf agak lebay hehe). Ada juga yang nyindirnya pun sampai berminggu-minggu (males ga tuh?). Seringkali pula jadinya malah malas kalau mereka nanya kita mau kemana lagi. Bukan masalah tanya-tanyanya tapi sedari awal orang-orang ini sudah berharap tentang oleh-oleh. Memang wajar sih tapi seringnya bikin jengkel belum lagi minta yang macem-macem.

Mungkin memang sudah jadi tradisi tapi bagi saya ini amat sangat ganggu apalagi sering perjalanan yang akan saya jalani adalah business trip atau budget traveling/backpacking. Tapi bukan berarti saya tidak akan pernah beli oleh-oleh lho. Bukannya ga ikhlas cuman kadangkala jengkel saja jadi mendingan ga usah beli aja.

Apakah mereka pernah berpikir kalau berpergian itu bukan hanya soal oleh-oleh? Sebuah perjalanan bukanlah masalah uang. Konsep traveling yang saya usung pastinya bukan tentang oleh-oleh tapi kepuasan batin dan meraup pengalaman sebanyak-banyaknya yang mungkin walaupun diceritakan akan sangat jauh maknanya kalau tidak dirasakan sendiri.

Jadi jangan mengharapkan banyak oleh-oleh dari saya karena terus terang saya paling malas kalau beli oleh-oleh

Pertama, karena saya paling malas untuk beli oleh-oleh. Ini betul karena untuk membeli barang untuk diri saya sendiri,  saya sudah cukup kikir dan membuang banyak waktu. Contohnya paling sering  adalah pada saat beli sepatu. Bisa jadi untuk memilih sepatu dengan model yang sama namun warna yang berbeda perlu waktu 3 jam. Ini juga pakai acara keliling mall untuk dapetin harga yang lebih murah padahal akhirnya balik lagi ke toko awal. Apalagi ini dengan banyak pilihan oleh-oleh?

Kedua, rucksack saya ga cukup besar untuk menampung oleh-oleh untuk semua orang dan biasanya menghindari untuk menaruh barang di bagasi (hemat dan cepat sesuai konsep light traveling).

Ketiga, berdasarkan kepentingan ada 4 tipe manusia oleh-oleh

Tipe 1. Bilang “Terima kasih banyak yaaa. Masih ingat sama saya” (paling baik dan kemungkinan teman baik atau keluarga)
Tipe 2. Bilang “Saya pengen ini dan nanti saya ganti” (padahal nantinya ngga dan hanya mengucapkan terima kasih)
Tipe 3. Bilang “Terima kasih yaaa tapi saya pengen yang ini dan itu sebenernya” (ga tau terima kasih kan ini orang?).
Tipe 4. Mana pacar baru? (eh? ini beda ya? tapi ada juga sih yang nanya gini hehe)

Tulisan ini mungkin tercipta karena banyak pengalaman buruk berbagi oleh-oleh kali yaa? Bagaimana dengan kalian? Apakah ada pengalaman menarik tentang berbagi oleh-oleh?

India: Light Traveling & Perempuan

DSCF8472

Untuk perempuan muda dan gemar traveling seperti saya apa aja sih yg harus ada dibawa. Berikut daftar barang bawaan dan pakaian saya pada waktu ke India awal bulan Oktober 2013.

Ketika berangkat saya memakai

  • Celana panjang
  • Giordano Tee warna ungu yang kalaupun kotor tidak akan begitu kelihatan
  • Sepatu Merrel : barefoot shoes yang baik untuk jalan, lari maupun treking. Sebenarnya bawa sandal juga tapi hampir tidak pernah dipakai selama di India.

Perlengkapan utama

  • Dokumen travel  (paspor, itinerari, credit card, ID)
  • Rucksack/Carrier REI Rungwe 40 Ltr : jujur yang dipakai mungkin cuman 30 Ltr saja pas awal. Baru pas pulang langsung 40 Ltr gara-gara bawa titipan buku dan oleh-oleh. Saya suka karena ada risleting bawah untuk mengambil barang yang ada di bagian bawah tas.

Untuk pakaian sebisa mungkin dengan bahan tipis dan senyaman mungkin karena kemungkinan besar sangat sulit untuk menetap dalam waktu yang lama di satu tempat

  • 1 Tanktop : berguna untuk tidur maupun kaos dalam
  • 4 T-shirts : tentunya salah satu sudah dipakai lho sedari awal perjalanan. Karena biasanya susah cari jemuran saya pilih Giordano Tee yang cepat kering. Selain itu jangan lupakan keajaiban kemeja putih baik untuk acara formal maupun informal. Nampaknya di masa mendatang saya akan mengurangi bawaan baju saja menjadi cukup 3 atau malah 2 t-shirt saja untuk faktor kepraktisan.
  • 1 Pashmina : warna abu-bau yang netral yang berguna sebagai pengganti jaket di kereta atau bis karena ber-AC
  • 1 Celana pendek : buat berenang dan tidur juga oke
  • 1 Bikini/swimsuit : modal utama kalau mau berenang karena pastinya dimana saja dan kapan saya selalu selalu menjadi gadis perenang (malam).
  • 2 Celana panjang : Yang pasti dari awal sudah pakai salah satu. Salah satu yang layak dipertimbangkan karena cepat kering dan nyaman kalau pun dingin seperti Marmot Lobo.
  • Jaket : fleece yang berfungsi sebagai insulator yang sangat berguna ketika saya di Dharamsala yang cukup lumayan dingin karena terletak di kaki Gunung Himalaya
  • Sarung : bisa berfungsi sebagai sleeping bag, jaket, atau malah tas cadangan.

Tambahan lainnya yang juga tidak kalah penting

  • Kacamata hitam/Topi/Payung: pilih salah satu lebih baik
  • Obat pribadi : obat alergi dan parasetamol, soft lenses + solution versi mini pastinya ga boleh lupa
  • Alat mandi: dlm wadah mini 100ml atau malah lebih baik lagi kalau beli pas di lokasi tujuan.
  • Kotak perhiasan : untuk oleh-oleh anting dan kalung yang sangat rentan rusak maupun yang dipakai selama perjalanan. Kotak yang biasa saya pakai sebenarnya dari bekas wadah lulur mandi.
  • Kosmetik : siapa bilang perempuan ga bisa dandan kalo lagi traveling? Minimal supaya terlihat segar lah. Untuk bedak, moisturizer, eyeliner, mascara, eye shadow, lipstik saya pakai Caring Colours sedangkan untuk lipbalm saya pakai Nivea Soft Rose. Untuk Sunblock, Soltan Invisible lotion SPF 15 menjadi pilihan saya tapi sebelumnya supaya ringan pindahin dalam tabung mini bekas shampo hotel.
  • Deuter Wizard : untuk faktor kepraktisan terkadang rucksack saya tinggal di hostel atau rumah teman. deuter . Bisa juga diganti tas tissue seperti buat belanja di supermarket.
  • Jurnal dan Pulpen: terkadang dibutuhkan untuk menjelaskan rute atau sekedar bertukar info serta menulis buku harian selama perjalanan
  • Adaptor universal
  • Galaxy Note : ga ada laptop, phablet pun jadi. Kalau suntuk bisa browsing gratis dengan WiFi gratis. Kalau mau baca buku ada e-book reader. Jadi ga usah beli paperbook lagi.
  • Motorola ACTV: MP3 player sekaligus pedometer untuk aktivitas olah raga ketika traveling
  • Camera Fujifilm X10 : Kamera utama selain Galaxy Note :)

Sebagai cewek tentunya lebih besar tas yang dipakai malahan lebih banyak yang akan dibawa. Namun kerugiannya maka akan semakin berat pula dan agak menyusahkan untuk bepergian apalagi backpacking.

Jadi kamu pilih bawa carrier besar atau kecil?

Language Barriers

tsobjective.com

I want to learn many languages for sure! I am Indonesian that also fluent in English but want to learn other languages. Learning German, Spanish and French a bit  and maybe some phrases from Russian. However if I have time maybe I will learn more about Mandarin Chinese. As an English speaker I feel I still have an awful pronounciation, phrase picking and grammars. A friend of mine once call me Miss Lang – (uage) because I always correct their English. Continue reading “Language Barriers”